MEMOTRET REALITAS SOSIAL DARI SENI DRAMA DAN TEATER



Abstrak: Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan-pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Teater adalah merupakan potret realita sosial, kenapa dapat dikatakan
demikian? Karena teater merupakan suatu kreasi manusia dalam bentuk seni, yang berusaha menggambarkan, suatu permasalahan yang ada di dalam masyarakat dengan 'mengeluarkan' kata-kata dan watak melalui perilaku yang dipentaskan. Istilah teater mempunyai persamaan makna dengan drama ataupun sandiwara. Teater sendiri menurut sejarahnya merupakan salah satu tempat untuk memuja para dewa yang dilakukan oleh manusia.
Kata kunci: drama, teater, realitas sosial



I.                   PENDAHULUAN
Tuhan telah menciptakan manusia dengan kesempurnaan, karena ia telah dilebihkan dari mahluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia diberi akal yang  berfungsi untuk melihat suatu realita dan gejala-gejala tentang alam semesta (makro kosmos) dan pada diri manusia (mikro kosmos). Tuhan menciptakan mata bukan hanya untuk melihat suatu yang indah-indah dan sedap dipandang mata saja, tetapi manusia juga harus melihat suatu realita sosial yang ada disekitarnya. Tuhan menciptakan pendengaran bukan hanya untuk mendengarkan suara yang merdu saja, tetapi telinga diciptakan juga untuk mendengar tentang persoalan-persoalan sosial yang ada di dalam masyarakat
baik itu tentang ketidakadilan, penindasan, maupun masalah kesejahteraan dan kemanusiaan yang sering terjadi dalam suatu masyarakat.
Ada sebuah syair lagu yang menyatakan bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara dimana kita adalah pemerannya. Kenapa ada ungkapan seperti itu? Karena dunia ini adalah merupakan suatu panggung raksasa, arena bermain, berekspresi, yang menggambarkan kehidupan masyarakat. Itu adalah sedikit gambaran tentang manusia sebagai mahluk sosial. Apapun yang lahir dari kreativitas manusia adalah merupakan suatu karya yang lahir dari realita sosial, karena dia menggambarkan diri dan masyarakat sesuai dengan realita.

II.                DRAMA DAN TEATER
Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada), penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari publik atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti yakni, (1) Sebagai salah satu gedung pertunjukan film dan sandiwara, (2) Ruangan besar dengan deretan kursi ke samping dan ke belakang untuk mengikuti kuliah atau pengarahan umum (3) Seni drama

III.             ARTI DRAMA
(1) Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya, (2) Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, (3) Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.
Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

IV.             ARTI TEATER
(1) Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium, (2) Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak, (3) Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

V.                SEJARAH DRAMA/TEATER
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang; dan kadang – kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah-kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan menciptakan kembali kisah-kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni pertunjukan.

VI.             PERKEMBANGAN TEATER DI INDONESIA
Dalam perkembangannya teater di Indonesia terbagi menjadi beberapa masa Jakob sumardjo mencatat dan membagi perkembangan teater modern Indonesia menjadi lima periode.
1.      Masa Perintisan Teater Modern (1885-1925)
a.       Teater Bangsawan
Pada sekitar tahun 1870an rombongan teater dari India datang ke Indonesia tepatnya di Penang. Mereka diberi nama oleh penduduk setempat sebagai “wayang parsi,” ketika pulang ke India seluruh peralatan panggung dijual kepada Mamak Pushi sebagai pemodal. Mamak Pushi bekerjasama dengan seorang seniman panggung bernama Bey Kassim, lalu mendirikan rombongan sandiwara melayu pada tahun 1885 yang diberinama “Pushi Indera Bangsawan of Penang.” Itulah rombongan sandiwara melayu pertama. Mereka sering diundang berpentas dikalangan bangsawan, mungkin itu sebabnya mereka sering disebut sebagai “Sandiwara Bangsawan.”
b.      Teater Stamboel
Sekitar tahun 1891 sebuah kelompok sandiwara didirikan di Surabaya yang bernama “Komedie Stamboel,” pendirinya seorang Indo-Perancis bernama August Mahieu.
c.       Teater Opera
Pada tahun 1908 masyarakat keturunan Cina di Indonesia timbul sebuah bentuk sandiwara yang diberi nama “Opera Derma” atau Tjoe Tee Hie. Biasanya lakon yang dipentaskan saduran dari naskah Cina.
2.      Masa Kebangkitan Teater Modern (1925-1941)
a.       Miss Riboet Orion
Miss riboet orion didirikan pada tahun 1925 dan dipimpin oleh Tio Tik Djien. Mereka terkenal melakukan beberapa perubahan dalam struktur pementasan yang mereka gelar.
b.      Dardanella Opera
Willy Klimanov mendirikan Dardanela Opera di Sidoarjo pada 21 Juni 1926. Tujuan didirikan Dardanella Opera adalah untuk menyaingi Miss Riboet Orion. Pada tahun 1926 disebut juga dari awal teater modern Indonesia
3.      Masa Perkembangan Teater Modern
a.       Teater di zaman Jepang
Tidak banyak diketahui prkembangan teater pada zaman Jepang, yang jelas pada saat itu bentuk teater professional yang hidup dan berkembang pada sekitar tahun1870-1942 telah berubh menjadi teater propaganda. Semua tema harus untuk kepentingan tentera kekaisaran Jepang.
b.      Teater tahun 50-an dan 60-an
Usmar ismail mendirikan Akademi Teater Nasional Indonesia di Jakarta pada tahun 1955. Salah satu murid dari Usmar ismal, Teguh karya mendirikan Teater Populer pada tahun 1968. Murid Teguh karya N. Riantiarno mendirikan Teater Koma pada tahun 1977. Sementara itu WS Rendra mendirikan Bengkel Teater di Jogja pada tahun 1967. Arifin C. Noer mendirikan Teater Ketjil 1968. Putu Wijaya mendirikan Teater Mandiri di Jakarta tahun 1974. Sedangkan Jim adilimas dan Suyatna anirun mendirikan Studiklub Teater Bandung tahun 1958.
4.      Masa teater mutakhir 1970-an sampai 1980-anMasa teater mutakhir 1970-an  sampai 1980-an
Pada tahun 1977 murid Teguh karya N. Riantiarno mendirikan Teater Koma sedangkan tahun 1977.
5.      Teater Kontemporer 1980 hingga sekarang
Dimotori oleh anak muda yang dinamis dan tak kenal lelah melakukan eksperimen adalah seniman-seniman berbakat yang kelompoknya sering disebut Teater Kontemporer Indonesia. Mereka bergerak atau mendirikan kelompok sebagian besar sesudah tahun 1990-an meski sudah ada juga yang berkiprah sejak tahun 1980-an. Teater tersebut antara lain Teater Tetas, Bandar Teater Jakarta, Teater SIM, Teater Syahid,Teater Siluet, Teater Kami, dan lain-lain.

VII.          TEATER SEBAGAI POTRET REALITA SOSIAL
Teater sendiri merupakan suatu seni drama yang menggambarkan suatu realita yang ada di dalam masyarakat. Sementara drama sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti suatu bentuk peniruan warna suara yang ditimbulkan oleh alam, baik itu oleh hewan maupun yang lainnya. Naskah drama yang ditulis oleh seorang Mesir (I Kher Neveur) di jaman peradaban purba (2000 SM).merupakan gambaran dari sebuah naskah pertunjukan drama upacara di Kota Aloy Dos. Dimana-mana isi cerita tersebut adalah tentang pertarungan antara Dewa buruk dan Dewa baik. Jadi kalau kita melihat sejarah tentang kemunculan teater atau drama jelaslah bahwa drama atau teater adalah merupakan suatu potret realita sosial yang ada pada suatu masyarakat yang dipentaskan di atas panggung.
Sekarang timbul pertanyaan dalam diri kita masing-masing bahwa apakah demonstrasi itu adalah suatu theater yang menggambarkan realita sosial di negara Indonesia ini. Jawabannya, yang pertama mungkin ada yang mengatakan ada, tetapi tidak banyak. Jawaban kedua tidak ada. Kedua jawaban di atas masing-masing mempunyai argumen-argumen tersendiri. Yang mengatakan "tidak ada" adalah : karena dia melihat bahwa nilai-nilai teater yang dipentaskan bukan suatu realita yang ada dalam masyarakat. Mereka menggambarkan teater sebagai suatu hal yang absurd saja, yang sebenarnya bukan merupakan potret realita sosial masyarakat Indonesia secara keseluruhan, dan kadang-kadang teater dijadikan sebagai alat propaganda pemerintah dalam melaksanakan segala kebijaksanaannya. Ya, walaupun kebijaksanaan tersebut bertentangan dengan keinginan dan kehendak masyarakat. Sekarang yang mengatakan "ada". Ini dilatarbelakangi dengan melihat fenomena kebangkitan teater Indonesia
yang berani mengangkat permasalahan sosial yang terjadi di dalammasyarakat. Teater dijadikan media protes terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang bertentangan dengan kehendak dan keinginan masyarakat. Contoh theater tersebut adalah Teater Koma, Kanvas, Kubur (teater yang dikelola oleh Ratna Sarumpaet), dan lain sebagainya yang berusaha mengangkat masalah-masalah sosial.

VIII.       SIMPULAN
Teater adalah salah satu bentuk seni berekspresi yang menggambarkan suatu realita soaial yang terjadi di dalam masyarakat maupun negara. Sadar atau tidak sadar, setiap orang harus mengakui bahwa permasalahan sosial merupakan masalah kita bersama yang harus kita cari solusinya bersama-sama pula. Dalam perkembangan sejarah teater di Indonesia teater tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat karena teater adalah cerminan masyarakat yang dipentaskan, teater di Indonesia tidak dapat dipisahkan dalam pembentukan mental bangsa yang dewasa ini telah terjadi pergeseran moral yang sangat kompleks di dalam kehidupan berbangsa. Masyarakat telah jauh dari rasa persaudaraan yang telah lama kita bina sejak masa perintisan kemerdekaan. Teater diharapkan menjadi salah satu media pendidikan yang mudah dipahami bagi setiap masyarakat berbangsa dan bernegara. Saya berharap kita sebagai masyarakat berbangsa bisa menjadi pribadi yang saling menghargai sesama, dengan teater kita dapat belajar memilah dan memilih apa yang harus kita kerjakan dalam memaknai kehidupan.



DAFTAR PUSTAKA

Riantiarno. N. 2011. Katekismus Teater: Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan. Jakarta: Yayasan Komajid
K. Tri Rama. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung
Iben, Paox. 2011. Medulla Sinculasis: Suatu Hari Di Bulan Desember. Mataram: Institut Rumah Arus (IRuS)
id.wikipedia.org/wiki/Teater Jumat 14 Desember 2012 9:30
id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi Jumat 14 Desember 2012 9:32
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/10/15/0001.html  Jumat 14 Desember 2012 20:48
http://mbyarts.wordpress.com/2011/04/09/pengertian-seni-teater/ Jumat 14 Desember 2012 20:55
http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/ Jumat 14 Desember 2012 21:30


1 komentar:

  1. Artikel menarik... Berbagi artikel tentang Pertunjukan Liu Sanjie di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/12/teater-liu-sanjie-di-yangshuo.html
    Lihatlah juga videonya di Youtube https://youtu.be/LGSdvSa0tg0

    BalasHapus