PEREMPUAN MALAM

Ada secarik enggan
terselip di sela cumbuan
pria jalang yang menunggangnya dengan gagah.

Beberapa detik layu,
lamunanmu kaku
Terbaca olehku binar matamu yang ragu
di selang waktu rabaan yang menggoda nafsu
di ujung nikmatku, leguhanmu meniadakan ragu –
klimaks, meski tak berhasrat

"300 ribu mas" – sedikit pedas,
memelas. Aku gemas,
inginnya lunglaiku kembali mengeras
Menikmati malam makin panas.

Di punggungmu masih bercucuran
keringat, kutang kau ikat.
"segera bergegas sebelum terlambat,
nanti dirazia masyarakat dan aparat",
celotehmu tersedat.

Iya, aku ingat
Dia gadis yang pernah buatku terpikat
Iya ya ya ya, dulu!
Sebelum cumbuan bayaran yang buatku kasihan

"kasihan?"
"kasihanilah dirimu tuan
kau hanyalah pria malang yang terlalu lama melajang!
hingga mau-maunya membayar wanita murahan"

Tersentak aku terdiam,
malang nian kita puan
kau dulu dambaan setiap orang
kini jadi bayaran.




Mataram, 24 Januari 2014










Tidak ada komentar:

Posting Komentar