UNTUKMU, AKU...

kemarin aku masih berjalan mundur
kini diam. entah,
kapan aku bisa melangkah

hasrat sesungguhnya telah lama mendongak pelukan
rembulan. tetapi aku,
punguk pengecut penggeliat waktu diam

terbuai rasa nyaman
sunyi yang sesungguhnya gamang
dalam gelap ringkih sukmaku
berontak pada keadaan

tak ingin. sungguh!
harusku lawan; membatin ku pelan
agar dapatku lihat sedikit saja senyummu — bangga
tanpa tiada lagi kecewa.


Lombok Tengah, 3 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar