kemarin aku masih berjalan mundur
kini diam. entah,
kapan aku bisa melangkah
hasrat sesungguhnya telah lama mendongak pelukan
rembulan. tetapi aku,
punguk pengecut penggeliat waktu diam
terbuai rasa nyaman
sunyi yang sesungguhnya gamang
dalam gelap ringkih sukmaku
berontak pada keadaan
tak ingin. sungguh!
harusku lawan; membatin ku pelan
agar dapatku lihat sedikit saja senyummu — bangga
tanpa tiada lagi kecewa.
Lombok Tengah, 3 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar